The Best Moments in Life  

1. Falling in love.

2. Laughing till your stomach hurts.

3. Enjoying a ride down the ocuntry side.

4. Listening to your favorite song on the radio

5. Going to sleep listening to the rain pouring outside.

6. Getting out of the shower and wrapping yourself with a warm, fuzzy
towel.

7. Passing your final exams with good grades.

8. Being a part of an interesting conversation.

9. Finding some money in some old
pants.

10. Laughing at yourself.

11. Sharing a wonderful dinner with all your friends.

12. Laughing without a reason.

13. “Accidentally” hearing someone say somthing good about you.

14. Watching the sunset.

15. Listening to a song that reminds you of an important person in your
life.

16. Receiving or giving your first kiss.

17. Feeling this buzz in your body when seeing this
“special” someone.

18. Having a great time with your friends.

19. Seeing the one you love happy.

20. Wearing the shirt of a person you love and smelling his/her perfume.

21. Visiting an old friend of yours and
remembering great memories.

22. Hearing someone telling you “I LOVE YOU”

“True friends come in the good times when we tell them to, and come in the
bad times…..without calling.”

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

Menghargai Waktu  

Tak seorang pun tahu kapan "WAKTU" mulai bergerak.
Dan entah kapan sang "WAKTU" berhemti berjalan.
Yang pasti sampai detik ini "DIA" terus bergerak dan terus bergulir.
Entah Anda menghargai "WAKTU" dengan memanfaatkan sebaik-baiknya.
Atau selalu menyia-nyiakan "WAKTU" dengan aktivitas yang tidak bermanfaat.
"DIA" tetap diam dan terus berjalan tanpa memihak kepada siapa pun.
Tanpa membantu siapa pun.
Tetapi "DIA" bernilai untuk siapa pun.
"DIA" tidak pernah kalah dan tidak akan usang.
"DIA" selalu baru, selalu segar dan tegar.

Hanya kitalah sebagai manusia.
Lambat atau cepat pasti akan termakan oleh proses sang "WAKTU".
"WAKTU" untuk kehidupan seorang anak manusia.
Tidak lama dan sangat terbatas.
Maka sepantasnya harus kita isi kehidupan ini.
Dengan "PRODUKTIVITAS" yang sangat bermanfaat.
Baik bagi diri pribadi dan bagi manusia-manusia lainnya.

Kesadaran akan "NILAI WAKTU" harus selalu diingatkan.
Dipelihara dengan rasa syukur yang besar terhadap "SANG PENCIPTA".
Dengan demikian kita akan menghargai nilai keberadaan "SANG WAKTU".
Dan nilai-nilai diri kita sebagai manusia sehingga kita akan.
Selalu berusaha untuk dapat menikmati "PROSES WAKTU" itu.
Dengan kualitas kehidupan yang makin lama makin indah.
Nikmat, bahagia dan sangat berarti.

Nikmati "WAKTU"mu yang masih ada...!!!
Hargai "WAKTU"mu yang masih tersisa...!!!

Salam Sukses Luar Biasa...!!!
Andrie Wongso

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

Kepribadian dan Sikap Mental  

Pernah merasakan pada satu peristiwa sederhana, seperti saat kita menonton satu pertunjukan, pertandingan atau apapun yang melibatkan banyak audience. Lalu dengan satu tepuk tangan yang anda awali membuat satu gedung pertunjukan turut mengikuti kita dan suara membahana segera tercipta memenuhi ruangan itu.

Dalam skala sederhana kita telah menjadi seorang pelopor! Menjadi orang pertama.
Bisa menggambarkan apa rasa yang ruah terasa saat itu, sebuah kebanggaan? Mungkin!
Bagaimana bila 'skala kecil' tadi kita luaskan, kita lipat gandakan, kita pindahkan dalam dimensi yang lebih dalam, yang lebih membutuhkan curah daya pikiran serta tenaga. Saya yakin 'kebanggaan' yang akan kita rasa itu pun akan turut terlipatgandakan.

Minggu lalu sempat datang ke satu tempat fotocopy dan penjilidan, yang ada dibelakang UPN Pondok Labu. Secara iseng saya memperhatikan cara para pekerja di tempat itu dalam menyusun tumpukan kertas yang pada akhirnya akan dijilid menjadi buku-buku yang terjilid. Para pekerja itu mempunyai cara masing-masing untuk mempermudah kerja mereka, dan yang pasti mempercepat kerja mereka. Ada yang disusun panjang dulu lalu satu persatu lalu disusun ulang satu persatu menjadi satu demi satu buku. Ada lagi yang ditumpuk jadi satu lalu dengan kecepatan yang terlatih tiap-tiap buku tersusun siap di stapples dan dijilid. Dan di tiap-tiap jari telunjuk para pekerja itu dibalut dengan lakban terbalik yang pasti akan memudahkan mereka dalam proses pengambilan kertas, sebuah inovasi sederhana telah tercipta...! Mungkin bukan pekerja itu yang pertama kali menciptakan 'telunjuk lakban' tapi siapapun orangnya, dia telah menjadi seorang inovator.

Dalam kasus Desain Grafis yang saya geluti, saya selalu tertarik dengan teman-teman saya yang memamerkan teknik-teknik short cut sederhana dalam mendesain. Dengan software apapun, Adobe Photoshop, Freehand, Flash, Corel atau apapun itu. Termasuk juga aplikasi yang menggunakan ketrampilan tangan. Memang belum pernah saya jumpai satu lompatan besar dalam teknik yang ditemukan, tapi mereka yang menemukan itu saya pikir sudah layak menjadi seorang inovator.

Menjadi seorang inovator, pencipta, orang pertama, pelopor saya pikir nggak harus lewat sebuah penemuan besar yang mengubah dunia. Sekecil apapun yang ditemukan asal itu orisinal dan dapat meneruskan proses evolusi manusia ke arah yang lebih baik itupun sudah jauh dari cukup untuk disebut seperti tadi. Terlebih bila setiap hari kita bisa menjadi sang pelopor inovator itu!!!

Dan untuk sebuah penghargaan, sampai sekarang saya masih saja mencari siapa orang besar yang berdiri dibalik penemuan peniti, klip kertas, 'helm' sikat gigi, sedotan, resleting, silet karena mereka telah turut 'bertanggungjawab' dalam proses kemajuan peradaban dan evolusi manusia.

Karena itu mari kita jadikan inovasiesme, peloporisme menjadi satu paham baru dan sebuah 'candu'. Mari...!!!

Danu Widhyatmoko
Dosen & Kordinator Mata Kuliah Jurusan DKV
Universitas Bina Nusantara
http://www.binus.ac.id/

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

Saat Aku Lanjut Usia  

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu
kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan
mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk
mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang
temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa
syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

Seribu Topeng  

Jangan terpedaya oleh saya. Jangan terpedaya oleh topeng yang saya pakai. Saya memakai seribu topeng. Topeng yang saya takut untuk menanggalkannya. Topeng yang tak satupun mencerminkan wajah saya yang sebenarnya. Kepura-puraan adalah satu seni yang sudah sehati dengan diri saya, tetapi janganlah terpedaya.

Saya memberi kesan bahwa kedudukan saya dalam keadaan selamat. Semua yang bersama saya bercahaya dan tenteram baik lahir maupun batin. Rahasia adalah nama saya dan ketenangan adalah permainan saya. Air semuanya tenang dan saya merasa berkuasa dan tidak memerlukan bantuan siapapun. Tapi jangan percaya itu, tolong… jangan!

Penampilan luar saya kelihatan halus, tapi itu adalah topeng saya, topeng yang selalu berubah dan menutupi wajah saya yang sebenarnya. Di bawah topeng itu ialah ketidakpuasan hati, ketidaktenteraman, dan kegelisahan. Yang dibalik topeng itu adalah diri saya yang sebenarnya, yang dalam kebingungan, ketakutan, dan kesunyian. Tapi saya sembunyikan di diri saya. Saya tidak mau siapapun mengetahuinya. Saya panik memikirkan kelemahan saya akan terbongkar.

Itulah sebabnya saya secara gila menciptakan topeng untuk berlindung, satu pencarian yang rumit untuk membantu saya berpura-pura dan berlindung dari pandangan mereka yang dapat mengenal saya. Tapi pandangan seperti itu sebenarnya adalah pandangan penyelamat saya. Itulah satu-satunya yang dapat membebaskan saya daripada saya yang terpenjara oleh dinding penjara buatan sendiri, dari dinding pemisah yang bersusah payah saya bina. Tapi saya tidak menyatakan perkara ini kepada kamu, saya tak berani, saya takut.

Saya takut pada pandangan kamu yang tidak diikuti dengan kasih sayang dan penerimaan. Saya takut kamu memperkecilkan saya. Kamu akan menertawakan saya dan ketawa kamu akan membunuh saya. Saya takut bahwa jauh dalam diri saya, saya bukan apa-apa, saya tak berguna dan kamu akan melihatnya dan menolak saya. Oleh karena itu, saya akan bergelimang dengan permainan kesukaan saya, kepura-puraan, dan berputus asa. Dengan kepastian palsu diluar dan seorang kanak-kanak menggigil di dalamnya.

Saya sangat ingin menjadi manusia tulen, bersahaja, dan diri sendiri, tapi kamu harus menolong saya. Bantulah saya dengan mengulurkan kedua belah tangan kamu. Walaupun itulah yang terakhir yang saya ingin dan perlukan. Setiap kamu bersikap baik, lembut, dan memberikan dorongan. Setiap kali kamu mencoba memahami saya karena kamu benar-benar memperhatikan diri saya, hati saya mulai tumbuhkan sayap. Sayap yang sangat kecil dan lemah. Tapi benar-benar sayap. Dengan kepekaan dan simpati kamu dan upaya kamu untuk memahami saya, saya dapat melakukannya, saya dapat memperbaiki. Kamu menghidupkan kembali jiwa saya yang telah lama terkubur. Memang tidak mudah bagi kamu untuk melakukannya.

Keyakinan yang lama pada sesuatu yang tak berarti, berupaya membina dinding yang teguh. Tetapi kasih sayang lebih teguh daripada dinding, dan disitulah harapan saya. Tolong jangan robohkan dinding itu dengan tangan yang kukuh, tapi dengan tangan yang lembut karena didalamnya ada seorang kanak-kanak yang sensitif dan saya adalah seorang kanak-kanak.

Siapa saya, kamu mungkin heran? Saya adalah orang yang betul-betul kamu kenal. Saya adalah setiap laki-laki, setiap wanita, setiap kanak-kanak, setiap yang kamu temui. [JurnalMQ-1/5/0901]
Sumber : http://kotasantri.com

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

21 Kali  

"Dua puluh satu kali, Mbak?" mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya.
"Itu selama berapa tahun, Mbak?" aku bertanya lebih lanjut.
"Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!" sambutnya ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan ataupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita.

"Mbak, ehmm, maaf, tidak patah arang, sekian kali gagal?" Pelan-pelan aku kembali bertanya dengan nada lirih. Khawatir menyinggung perasaannya.
Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu.

"Kalau sedih, kecewa, terluka, pasti pernahlah ada saat-saat seperti itu. Trauma, sebenarnya pernah juga. Nyaris putus asa juga pernah. Namun alhamdulillah tidak berlarut-larut."

Mata itu berbinar-binar, seakan turut bicara.

"Justru, kini saya merasa lebih dewasa, lebih matang dengan semua kegagalan itu. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari tiap kegagalan itu. Saya menjadi lebih bisa mengerti berbagai karakter manusia. Saya dapat lebih menghayati realitas dan kuasa Allah atas hidup kita. Dan pasti jadi lebih banyak pengalaman. Setidaknya pengalaman proses menuju nikah hingga 21 kali. Hahaha..," dia tertawa lepas. Renyah. Manis sekali.

Perempuan itu, kini sudah 30 tahun lewat usianya. Sebuah usia yang tak lagi remaja memang. Sebuah usia yang sangat wajar dan pantas jika ia resah karena jodoh tak kunjung tiba. Namun ia tak nampak panik atau gelisah. Bisa jadi ia memang pandai menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya. Namun saya lebih percaya ketenangannya tumbuh karena kematangan dan keimanan.

Gadis ini dapat dikatakan sederhana. Dengan penampilan sederhana pula. Aktifitasnya pun bersahaja walaupun dulunya dia termasuk aktifis tingkat tinggi. Sehari-hari ia bekerja sebagai staf pengajar di sebuah lembaga pendidikan. Aktifitasnya yang lain adalah mengajar TPA, mengikuti pengajian rutin maupun berbagai pengajian umum yang banyak diselenggarakan oleh berbagai lembaga di berbagai lokasi di Jakarta. Selebihnya ia lebih banyak di rumah. Membaca buku dan membantu mengurus pekerjaan rumah tangga karena ibunya tidak memiliki pembantu.
"Proses pertama saya jalani ketika saya baru menyelesaikan kuliah saya. 22 tahun usia saya ketika itu. Waktu itu tentu saja saya tidak sebersahaja sekarang." dia mulai bercerita. Saya menunggu.

"Saya masih ingat sekali. Waktu itu saya mengajukan berbagai kriteria. Saya ingin calon suami yang sarjana, pekerjaan mapan, aktifis dakwah atau minimal memiliki pemahaman agama yang bagus, dari keluarga baik-baik, dan sama-sama orang Jawa seperti saya. Sebuah kriteria yang saya rasakan konyol sekarang, namun dulu saya pikir itu wajar. Muslimah mana yang tidak memiliki idealisme seperti itu?"

Ia melanjutkan ceritanya.

"Ada beberapa orang yang ditawarkan oleh guru ngaji maupun oleh orangtua. Ada juga yang datang sendiri. Tetapi semua saya tolak. Saya pikir waktu itu saya masih muda. Saya bisa mengisi masa muda saya dengan berbagai aktifitas positif sambil terus menunggu seseorang yang mendekati kriteria yang saya inginkan. Maka saya pun mulai memperbanyak aktifitas. Mengambil banyak kursus, mengikuti bebagai pelatihan, dan aktif di beberapa komunitas sosial kemasyarakatan."

"Usia saya menjelang 25 tahun ketika saya menemukan seseorang dengan kriteria seperti yang saya inginkan. Awalnya proses kami lancar-lancar saja. Orangtuanya bahkan sudah datang mengkhitbah ke rumah. Bahkan kita sudah akan menentukan tanggal pernikahan. Tapi oleh alasan yang sepele, tiba-tiba orangtuanya membatalkan khitbah. Sungguh saya shock waktu itu. Saya tak habis mengerti, apa yang salah dengan saya, dengan dia, dan dengan proses kami?"

"Cukup lama saya tenggelam dalam kesedihan. Beberapa waktu kemudian sebenarnya banyak lagi yang mengajukan tawaran. Tapi saya selalu membandingkan dengan mantan calon suami saya. Saya menggunakan parameter dia untuk menilai setiap orang yang datang pada saya. Meskipun saya tidak pernah menolak lagi orang-orang yang datang kemudian itu, tapi entah mengapa proses selalu berakhir dengan kegagalan. Saya tak lagi menghitung, itu sudah yang keberapa kali. Akhirnya saya kembali menenggelamkan diri dalam aktifitas sosial dan organisasi. Saya aktif di partai. Dan saya sempat tak lagi mempedulikan masalah menikah."

"Usia saya sudah lewat dua puluh tujuh. Justru orang-orang lain yang mulai ribut. Orangtua terutama. Kemudian kaum kerabat. Juga teman-teman saya. Merekalah yang kemudian menawarkan dan mencomblangi. Saat itu saya mulai belajar dari pengalaman. Saya tak lagi terlalu idealis. Saya menyerahkan saja kepada para perantara saya itu. Saat mereka meminta biodata, maka saya berikan biodata saya. Saya netral saja. Kalau diterima ya syukur, tidak diterima ya sudah. Dan ternyata nyaris semua tidak diterima. Alasannya macam-macam. Kebanyakan bahkan saya tak sampai ketemu mereka, sudah ditolak duluan. Saya sudah tak menghitung lagi berapa banyak biodata yang saya buat. Rata-rata tidak kembali."

"Usia saya sudah lewat dua puluh delapan tahun saat saya menyadari bahwa saya harus mulai proaktif. Saya tak lagi menyerahkan begitu saja pada nasib atau teman-teman. Saya harus mulai mencari sendiri juga. Tentu saja tetap dengan cara-cara yang ahsan."

"Pada usia ke-29, saya menemukan seseorang lagi. Dia shaleh, sederhana. Jauh dari kriteria ideal saya, tapi saya merasa tenteram dengan menerimanya. Proses kami pun sederhana. Semuanya lancar. Tapi, Allah berkehendak lain. Calon saya meninggal dalam sebuah kecelakaan."

Sampai di sini si Mbak menghentikan ceritanya sejenak. Mengambil napas panjang dan menyusut sudut mata. Aku turut terenyuh mendengarnya. Saat itu baru kulihat kabut selintas menghiasi wajahnya.

"Semua sudah berlalu sekarang. Sudah nyaris dua tahun lalu. Saya mencoba bangkit lagi. Setahun terakhir, lima proses saya jalani. Menambah 16 proses sebelumnya yang tak semuanya saya ingat lagi. Lima proses itu saya jalani dengan lebih pasrah. Lebih lapang dada. Saya menghargai mereka masing-masing. Saya tidak membanding-bandingkan. Saya tak lagi menggebu, tak lagi sangat idealis, tapi juga tak membuat saya membabi buta, menerima siapa saja seperti membeli kucing dalam karung."

"Satu orang gagal sebelum biodata saya sampai kepadanya. Dia sudah lebih dulu menerima orang lain. Orang kedua, pemuda yang biasa-biasa saja, tak mau menerima syarat saya untuk belajar ngaji pada teman saya sesama laki-laki. Dia memaksa belajar pada saya dan mendesak agar saya jadi pacarnya dulu. Orang ketiga, menolak karena orangtuanya tidak mau menerima orang yang tidak sesuku dan dia ingin menuruti kehendak orangtuanya. Orang keempat, teman saya sendiri, mengatakan kalau dia belum siap meski tidak menolak. Orang kelima berubah pikiran di tengah proses. Tadinya dia tidak mempermasalahkan usia saya yang lebih tua, tetapi kemudian dia mengatakan kepada perantara saya ingin mencari yang usianya lebih muda."

"Pengalaman-pengalaman yang saya jalani selama ini telah memberi banyak sekali pelajaran dalam hidup saya. Satu, bahwa hidup tak selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Dua, bahwa pengalaman adalah benar-benar guru yang sangat berharga. Tiga, bahwa setiap orang benar-benar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan mereka semua layak untuk mendapat penghargaan sebagai seorang manusia. Empat, jika saya tak dapat memperoleh apa yang saya cintai, maka lebih baik saya mencintai apa yang saya telah saya peroleh dan miliki. Lima, dan banyak lagi. Intinya, jika memang bukan jodoh, hal-hal kecil pun dapat menjadi penghalang dan penyebab gagalnya perjodohan."

"Kini saya merasa lebih pasrah dan arif menyikapi hidup. Tak ada yang salah, tak ada yang ribet. Hanya waktu yang belum tiba pada masanya. Hanya puzzle yang belum menemukan pasangannya. Semua masih biasa saja."

Si Mbak mengakhiri ceritanya. Tersenyum tulus kepadaku. Aku menyambutnya. Dan kami tenggelam dalam dekap haru. Pelukan persaudaraan.

Penulis : Azimah Rahayu

Read More...
AddThis Social Bookmark Button

Tujuh Langkah Menggapai Mimpi  

SUDAHKAH Anda meraih mimpi Anda di penghujung tahun ini? Jika jawabannya adalah Ya, saya turut berbangga hati karena Anda adalah sedikit dari orang yang mampu menggapai mimpi yang Anda idam-idamkan. Namun jika Anda belum berhasil meraihnya, janganlah berkecil hati, berikut ini saya akan menjabarkan tujuh langkah efektif agar mimpi Anda dapat tercapai di tahun mendatang. Setting Goals (penentuan tujuan) adalah hal yang sangat sering didengungkan di semua perusahaan yang berbasis sales. Namun, sayangnya, apa yang menjadi keinginan seluruh team ternyata bukan hal yang mudah untuk diraih. Keinginan (wants) tidaklah cukup, karena saya yakin semua orang yang berakal sehat tentu menginginkan hal yang terbaik bagi dirinya. Namun satu hal penting yang membedakan antara mereka yang meraih goals-nya dengan mereka yang tidak adalah kemauan (will). Seberapa besar kemauan Anda sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai apa yang Anda inginkan. Kemauan yang besar tidak datang begitu saja, ada tujuh langkah yang dapat kita pelajari yang niscaya mampu mengubah keinginan kita menjadi sebuah kemauan meraih yang terbaik dalam hidup ini. Simaklah langkah-langkah berikut ini dan periksalah dengan seksama apakah Anda telah mengambil ketujuh langkah ini ketika Anda menetapkan tujuan Anda.

Step #1 : Dream It.

Semua penemuan luar biasa yang tercipta dan ditemukan di dunia ini semuanya berawal dari sebuah impian. Setiap orang memiliki sebuah mimpi besar yang seringkali terpendam di dalam hati dan pikirannya. Mereka yang dikenang sebagai orang sukses dan pahlawan adalah mereka yang berani mewujudkan mimpi mereka menjadi kenyataan dengan memiliki keyakinan yang kuat bahwa hal itu bisa tercapai. Langkah pertama ini mengajak kita untuk mulai merenungkan mimpi besar apa yang ingin kita wujudkan di tahun mendatang. Janganlah menentukan mimpi yang hanya enak di dengar telinga tetapi buatah mimpi yang besar yang sejalan dengan keinginan yang terdalam dalah hati Anda. Milikilah impian yang besar (dream big) karena Anda tidak perlu merongoh sepeser pun uang untuk membayar sebuah mimpi yang besar. Janganlah pikiran-pikiran negatif membendung pikiran Anda, demikian juga janganlah merelakan mimpi Anda dipadamkan oleh orang-orang yang melontarkan komentar-komentar negatif mengenai tujuan Anda. Dengarkanlah kata hati Anda dan hidupilah mimpi Anda. Ada saatnya kita mulai melupakan mimpi kita, jika hal itu terjadi, “bakar” kembali mimpi Anda, ingatlah bahwa hidup ini singkat, jadikanlah mimpi Anda di tahun 2007 menjadi kenyataan.

Step #2 : Believe It.

Sebaik apapun mimpi Anda, namun jika Anda tidak memiliki keyakinan untuk mencapainya, lupakanlah mimpi itu. Tentu Anda perlu menentukan mimpi yang besar bahkan sedikit melebihi kemampuan Anda, namun Anda harus yakin dapat mencapainya. Ketika keyakinan Anda begitu kuat, satu-satunya yang menghalangi Anda untuk mencapai mimpi Anda hanyalah waktu. Selama Anda terus berusaha mengejar mimpi itu dan yakin bahwa ia akan tercapai … Anda akan mewujudkan mimpi Anda. Thomas Edison, penemu bola pijar bukanlah orang yang sangat ulet bekerja seperti banyak yang dperkirakan oleh orang. Kemampuannya untuk terus melakukan riset sampai usahanya yang ribuan kali lebih banyak dipengaruhi oleh keyakinanannya bahwa impiannya akan terwujud. Simaklah cerita berikut ini, suku Massai adalah suku primitif yang tinggal di wilayah Kenya, Afrika. Perubahan musim yang radikal seringkali mengakibatkan masa kekeringan yang berkepanjangan dan tidak sedikit binatang bahkan manusia mati kehausan. Suku Massai memiliki kebiasaan ritual dengan melakukan tarian dan bernyanyi agar para Dewa bermurah hati untuk segera menurunkan hujan. Namun, satu mukjizat terjadi di sebuah suku kecil Massai. Setiap kali mereka menari dan menyanyi, hujan pasti turun 100%. Dibandingkan dengan suku Massai lainnya, ketika suku yang lain bernyanyi dan menari ada kalanya hujan turun namun ada kalanya juga hujan tidak turun. Berita mengenai kemampuan ajaib suku yang kecil ini tersiar sampai-sampai para ahli arkeologi, ahli cuaca, dan para ahli lainnya dari dunia barat datang ke suku tersebut untuk meneliti mukjizat yang terjadi. Setelah melakukan penelitian selama berbulan-bulan mengamati suku itu menari dan menyanyi, akhirnya para ahli sepakat bahwa suku yang satu ini memang benar mampu mendatangkan 100% hujan di tanah mereka. Apakah Anda ingin mengetahui rahasianya? Ketika para ahli membandingkan suku Massai lainnya yang menari, mereka ada yang menari selama tiga hari kemudian berhenti, ada juga yang menari sampai 5 hari dan kemudian berhenti dan ada juga bahkan mampu menari sampai 9 hari dan akhirnya mereka berhenti ketika hujan tidak kunjung datang. Sedangkan suku Massai yang selalu berhasil mendatangkan hujan, selidik punya selidik, mereka tidak melakukan hal yang terlalu berbeda, satu-satunya perbedaan adalah setiap kali mereka menari dan menyanyi mereka tidak berhenti sampai hujan turun. Jika dibutuhkan waktu 3 hari sampai hujan turun, mereka akan menari selama tiga hari. Jika dibutuhkan waktu 10 hari untuk mendatangkan hujan, mereka akan menari dan menyanyi selama 10 hari sampai turunnya hujan. Prinsip sederhana yang mereka pegang adalah MEREKA AKAN TERUS MENARI SAMPAI HUJAN TURUN!! Kalau belum juga turun … MEREKA AKAN TERUS MENARI! Rahasia sederhana inilah yang seringkali menjadi rahasia para juara sejati di bidangnya. Begitu banyak orang ingin menjadi juara dalam hidup ini namun hanya sedikit yang memiliki keyakinan dan kemauan yang sedemikian kuat, mampu bertahan menghadapi kegagalan demi kegagalan. Mereka mampu bertahan karena mereka memegang prinsip juara yaitu “Saya Yakin oleh sebab itu Saya Melihat” bukannya seperti umumnya rata-rata orang yang berprinsip “Saya Melihat dahulu baru Saya Percaya”. Buatlah keyakinan Anda menjadi sesuatu yang tidak tergoyahkan bahkan oleh kegagalan demi kegagalan, niscaya Anda akan bertemu dengan mimpi Anda dalam waktu yang tak terduga.

Step #3 : See It.

Para Juara sejati memiliki kebiasaan yang mampu “melihat” melihat mimpinya telah menjadi kenyataan bahkan ketika mimpi itu belum terwujud sama sekali. Mereka melakukan visualisasi terhadap mimpinya setiap hari, mengulangi kegiatan visualisasi ini sehingga lama kelamaan mimpi itu menjadi nyata dan terekam dengan jelas dalam pikirannya. Mereka bukan hanya menulis mimpinya, mereka bahkan mencari gambar-gambar yang melukiskan mimpi yang mereka idam-idamkan, kemudian mereka secara disiplin, melhat, membaca dan “merasakan” mimpinya seakan-akan mereka menikmatinya saat ini juga. Jika mimpi yang diinginkannya adalah sebuah mobil, mereka akan mem-visualisasikan mobil itu sehingga mereka mampu “melihat” warna dari mobil itu dan “merasakan” sedang mengendarai mobil itu. Dengan kata lain, mereka “hidup” dengan mimpi mereka. Bill Gates telah “melihat” kemajuan kerajaan komputer Microsoft bahkan ketika ia masih mengotak-ngatik program komputernya di garasi rumahnya. Walt Disney telah “melihat” kejayaan dari Disney Land, jauh sebelum tempat hiburan terbesar di dunia itu terwujud. Semua ini mereka lakukan untuk dapat mendorong pikiran mereka untuk mewujudka impiannya. Stephen Covey pernah berkata bahwa sesuatu hal terjadi dua kali, yang pertama terjadi di dalam pikiran seseorang, dan yang kedua ketika hal itu menjadi kenyataan. Lihatlah mimpi Anda terwujud di pikiran Anda dan doronglah diri Anda untu membuatnya menjadi kenyataan. Seorang pemanjat gunung terkenal di dunia di wawancara oleh seorang wartawan. Sang wartawan bertanya,” Apa rahasia Anda mampu menaklukkan gunung yang tertinggi itu?” Sang pendaki dengan semangat menjawab,” Ketika saya memanjat, saya membayangkan hati saya telah berada di puncak gunung itu, tugas sederhana saya selanjutnya adalah membawa badan saya bertemu dengan hati saya di puncak gunung itu.” Sungguh sederhana jawaban dari sang pendaki namun menggores makna yang dalam bahwa hasrat yang mengebu-gebu dapat diraih selama kita mampu “melihat” mimpi kita di dalam pikiran kita.

Step #4 : Tell It.

Menceritakan impian Anda seringkali menjadi dilema setiap orang. Ada nasehat yang mengatakan, janganlah menceritakan impian Anda karena kalau tidak tercapai orang lain akan menertawakan Anda. Ada juga nasehat yang mengingatkan agar hanya menceritakan mimpi Anda kepada mereka yang benar-benar berniat positif untuk mendukung kemajuan Anda. Namun, saya mempunyai prinsip yang berbeda yaitu Anda perlu menceritakan mimpi Anda kepada banyak orang agar Anda merasa “bertanggung jawab” untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Memang ada dampak negatifnya ketika tujuan itu tidak tercapai, yaitu orang lain akan mengolok-olok impian Anda dan mungkin hal ini dapat menjatuhkan mental Anda. Bagi saya, tidak ada hal yang sempurna dalam hidup ini. Jika impian saya belum tercapai dan orang lain menertawakan saya, hal itu tidak menjadi masalah besar bagi saya karena mimpi saya jauh lebih peting dan lebih besar dari semua olokan yang akan saya terima jika tidak tercapai. Terserah, mana yang Anda pilih namun satu hal yang pasti, orang-orang yang mendengar cetusan impian Anda akan membantu Anda baik secara positif ataupun negatif untuk mengejar mimpi Anda.

Step #5: Plan It.

Dalam setiap pelatihan motivasi yang saya berikan, hal yang paling mudah dijelaskan adalah sikap positif atau cerita-cerita inspirasi yang dapat menggugah dan membangkitkan semangat pendengar. Namun hal tersulit untuk dijelaskan di setiap pelatihan motivasi adalah menjabarkan rencana-rencana detail dalam meraih tujuan seseorang. Banyak orang yang bersemangat menggapai mimpinya namun enggan atau malas dalam menyusun rencana ke depannya. Ingatlah bahwa setiap mimpi harus disertai dengan rencana-rencana konkrit untuk mendukung tercapainya mimpi itu. Mimpi Anda tidak serta merta menjadi kenyataan, Anda harus menyediakan waktu untuk membagi langkah-langkah rinci untuk mencapainya. Pertimbangkanlah detail-detail dalam pelaksanaannya, bagilah menjadi bagian-bagan yang lebih kecil lagi sehingga Anda dapat terus termotivasi untuk mengerjakannya dan terakhir tentukanlah deadline pencapaian goals Anda.

Step #6 : Work It.

Begitu banyak guru-guru motivasi yang mengajarkan tips-tips dahsyat agar seseorang dapat tetap termotivasi mengejar mimpi kita. Namun satu hal yang pasti adalah jika Anda tidak mengambil tindakan yang besar, mimpi Anda akan segera menguap. Satu berita buruk yang ingin saya sampaikan kepada Anda bahwa mereka yang sukses kebanyakan adalah orang-orang pekerja keras. Ingatlah, tindakan adalah jembatan yang menghubungkan antara goals Anda dengan pencapaian mimpi Anda. Anda dituntut bukan hanya mengambil tindakan awal namun tetap berjuang sampai tujuan tercapai. Mimpi-mimpi besar yang tidak terealisasi umumnya karena sang pemimpi berhenti mencoba akibat didera kegagalan atau pernyataan-pernyataan negatif yang dilontarkan orang-orang di sekelilingnya. Ingatlah bahwa tindakan Anda adalah satu-satunya cara untuk menjadikan mimp Anda menjadi kenyataan.

Step #8 : Celeberate the Victory

Seringkali kita melupakan kemenangan-kemenangan yang kita raih malahan kita lebih sering memikirkan kegagalan-kegagalan di dalam hidup ini. Kita menjadi manusia yang serba tidak puas dan sering melupakan kesuksesan yang pernah kita raih. Sekecil apapun kesuksesan yang Anda raih, Anda perlu merayakannya dan menikmatinya karena hal ini akan memberikan semangat untuk terus mengejar impian Anda. Sukses adalah perjalanan bukanlah tujuan akhir oeh karena itu senantiasa kita perlu merayakan keberhasilan yang kita raih di dalam perjalanan hidup kita. Ada dua prinsip yang bertolak belakang yang perlu kita pahami agar kesuksesan kita menjadi sempurna. Seorang juara harus memiliki sikap yang tidak cepat puas terhadap apapun yang telah dicapainya; hal ini tidaklah negatif karena dengan demikian kita tetap mengoptimalisasikan pencapaian sukses itu. Namun di sisi lain, kita perlu bersyukur atas hasil yang telah kita capai selama ini karena apa yang telah kita capai adalah bukti komitmen kita terhadap impian kita. Dua hal yang bertolak belakang inilah yang membuat kita terus bersemangat dan antusias sampai mimpi yang menjadi keinginan terdalam kita tercapai.

Conclusion

Ketujuh langkah dahsyat ini akan membantu Anda meraih mimpi Anda. Janganlah berhenti sampai Anda meraih mimpi Anda. Setelah Anda mencapai mimpi Anda, janganlah berhenti, kembalilah ke langkah pertama untuk bermimpi yang lebih besar lagi. Selamat Bermimpi - Dream Big and Success will be Yours!

Darmadi Dharmawangsa (http://fighttiger.net)

Read More...
AddThis Social Bookmark Button