Tinggalkan Masa Lalu  

Pergantian pengurus, adalah sesuatu yang wajar. Presiden Indonesia sudah berubah dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, dan sekarang yang menjabat SBY. Begitupula gubernur, walikota, rektor, dekan dan ketua jurusan, selalu ada masanya. Entah karena disebabkan usia, penyakit, keaktifan dan lain sebagainya.

Selalu setelah pergantian pengurus, orang yang pernah berhubungan dengan pengurus lama, akan selalu membandingkan kelebihan dan kekurangan dari pengurus yang baru.

Bukan cuma mahasiswa yang membandingkan, tetapi begitu pula dengan karyawan. Dan yang heran lagi orang di luar kampus pun bisa membandingkan.

Pertanyaan yang sering kita jumpai : "Bagaimana sekarang setelah dipimpin oleh X". Pertanyaan tsb masih wajar, tetapi ada komentar yang menghakimi "Kemajuan itu diperoleh dari pengurus yang lama bukan hasil dari pengurus sekarang".

Jika membandingkan apa yang baik dari pengurus yang baru, ini pertanda baik. Tetapi biasanya orang akan membandingkan kekurangan, atau ketidak sesuaian pengurus baru dari pengurus lama. Ini yang berbahaya. Karena yang membandingkan akan cenderung melihat yang jelek, jelek dan yang jelek.

Dan kejelekan pengurus yang lama akan tertutupi, karena melihat pengurus sekarang lebih parah dan jelek. Misalnya : tidak berani mengambil keputusan, anggota yang kurang displin dibiarkan saja, pengurus baru tidak mengetahui keadaan Dan ingin kembali ke pengurus yang lama.

Jika kita melihat kejelekan secara terus menerus, maka hati kita akan cemas, bagaimana dengan masa depan diri kita, organisasi kita, kampus kita, bahkan negara kita. Kemudian hal ini akan berdampak pada apa yang kita kerjakan, kita menjadi malas, ogah-ogahan jika diperintah dengan pengurus baru, kita kadang merasa lebih tahu segalanya, tidak mau diperintah karena lebih senior, tidak mau mengikuti aturan yang dibuat oleh pengurus baru, dll. Tinggalkan masa lalu, raih masa depan.

Tetapi untuk kembali ke yang lama, hal ini tidak dimungkinkan. Kita tidak mungkin untuk kembali ke jaman orde baru, atau orde lama. Tetapi yang bisa kita lakukan adalah melihat ke depan. Apa yang akan dicapai hari ini dan hari hari selanjutnya.

Apa yang sudah digariskan dan ditetapkan oleh Tuhan, kita tidak boleh mencelanya. Menurut kita jelek, tetapi menurut Tuhan baik. Tuhan adalah pencipta kita, penguasa bumi dan isinya. Pemimpin kita dapat menjadi pemimpin juga karena sudah digariskan dan dipilih oleh Tuhan. Mungkin pemimpin kita juga keberatan saat ditunjuk oleh rekan-rekannya, tetapi karena sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin, maka dilaksanakanlah. Sehingga kita akan merasa bahwa pemimpin sekarang adalah perintah Tuhan. Jadi kita sebaiknya menghormati mereka. Kalau kita merasakan pemimpin kita yang sedang menjabat, mereka akan bingung untuk melakukan tindakan yang mungkin tidak menyenangkan orang lain. Mereka akan berpikir 2 atau bahkan lebih, sebelum mereka bertindak. Hal ini terjadi, karena mereka belum 100% beradaptasi dengan jabatan yang baru. Kadang kala, pemimpin baru tidak tahu bahwa mereka ada kekurangan. Kita yang tahu kekurangannya, berilah informasi ke mereka. Pemimpin juga banyak gangguan, antara lain korupsi waktu, uang dll. Maka kita berhak menjaga pemimpin kita agar bergerak / bertindak dengan arif dan bijaksana. Kita akan menjadi orang yang berdosa, karena kita tahu dan membiarkan orang lain melakukan kesalahan. Jadi kita sebagai orang bawahan, - Tinggalkan masa lalu, raih masa depan.

Sehingga kita bisa
- Lihat ke depan, berjalan dengan tegak, dan cari tujuan yang harus kita capai.
Dan untuk menjaga pemimpin kita, maka kita wajib
- Lindungi pemimpin kita dari godaan atau gangguan kejelekan, beri tahu hal-hal yang menyimpang.

Oleh :
Agus Putranto, S.Kom, MT, MSc
eXcellent Centre in E-Learning
Bina Nusantara
aputra@binus.ac.id

AddThis Social Bookmark Button

0 komentar

Posting Komentar